Selasa, 10 Juli 2012

PTK IPA SD KELAS 4


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan hasil pengalaman guru IPA di SD Negeri 1 Kajar Dawe Kudus, bahwa pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di dalam buku, dan juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal. Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan lingkungan jarang dilakukan. Guru IPA sebagian masih mempertahankan urutan-urutan dalam buku tanpa memperdulikan kesesuaian dengan lingkungan belajar siswa. Hal ini membuat pembelajaran tidak efektif, karena siswa kurang merespon terhadap pelajaran yang disampaikan. Maka pengajaran semacam ini cenderung menyebabkan kebosanan kepada siswa.
Para siswa telah memiliki kemampuan awal yang telah diterima di kelas sebelumnya. Kemampuan awal siswa ini harus digali agar siswa lebih belajar mandiri dan kreatif, khususnya ketika mereka akan mengkaitkan dengan pelajaran baru. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih mendekatkan pada lingkungan siswa. Konsep-konsep yang dikembangkan sebaiknya berhubungan dengan alam sekitar agar menjadi konteks pembelajaran yang bermakna. Meskipun demikian mengaitkan konteks lingkungan dalam kehidupan sehari-hari dengan isi materi bukan pekerjaan yang mudah, karena perlu waktu dan proses yang panjang. Namun kenyataannya guru cenderung mengikuti isi kurikulum dan anak belajar secara verbal, keadaan semacam ini jauh dari konsep belajar bermakna.
Belajar bermakna menuntut adanya konteks pembelajaran yang muncul di lingkungan tempat tinggal siswa, hal ini dapat dilakukan dengan jalan mengajak siswa belajar di luar kelas atau mengajak mereka mendekati sumber belajar. Maksudnya agar diperoleh ide-ide, dan masalah-masalah yang dapat dilihat dan diamati di lingkungan sekitarnya. Pola pembelajaran seperti ini akan membantu siswa dalam proses berpikir dan pada gilirannya siswa aktif dalam belajar. Pada dasarnya siswa sendiri yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai dengan konsep materi yang dipelajari. Salah satu konsep yang akrab dengan lingkungan adalah konsep kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam. Konsep ini menjadi lebih bermakna jika di dalam pelajaran siswa diajak langsung kelapangan untuk melakukan penyelidikan terhadap permasalahan yang mereka hadapi.
Pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) selanjutnya disingkat dengan PBL, yang akan memberikan motivasi siswa untuk melakukan pemecahan masalah pada masalah-masalah nyata dalam kehidupan yang mereka hadapi serta merangsang siswa untuk menghasilkan sebuah produk/karya (Singletary, 2000). Secara garis besar PBL menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan inkuiri. PBL berpusat kepada siswa mendorong inkuiri terbuka dan berpikir bebas yang dikemukakan dalam bentuk laporan, karya yang akan dijadikan bahan evaluasi sehingga membantu siswa untuk menjadi mandiri. Hasil penelitian Rahmi (2005) menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa dan dapat mengoptimalkan respon siswa selama proses pembelajaran. Namun Pendekatan PBL masih belum dikenal di sekolah SD 1 Kajar Dawe Kudus sehingga guru belum pernah menggunakan pendekatan ini, dengan mempertimbangkan usaha-usaha agar siswa dapat belajar dengan menyenangkan dan memperoleh manfaat besar sesuai dengan kebutuhan kurikulum maka perlu dilakukan penelitian tentang upaya meningkatkan proses dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD 1 Kajar Dawe Kudus melalui Pembelajaran Berdasarkan Masalah

B. Identifikasi Masalah
Memperhatikan situasi di atas, kondisi yang ada saat ini adalah
1.Guru belum terampil mengemas sebuah pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
2.Guru belum terampil memilih metode atau pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran
3.Pendekatan PBL masih belum dikenal di sekolah SD 1 Kajar Dawe Kudus sehingga guru belum pernah menggunakan pendekatan ini.

C.Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah melalui pendekatan pembelajaran berdasakan masalah dapat meningkatkan proses belajar siswa dalam pembelajaran IPA?
2. Apakah melalui pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA?
D.Batasan Masalah
Untuk melakukan penelitian ini peneliti perlu membatasi permasalahan ini menjadi 2 hal yakni:
1) Proses belajar siswa diukur dari aktivitas siswa dan aktivitas guru, selama pembelajaran yang diperoleh berdasarkan observasi dari Borich (1994).
2) Hasil belajar diukur dari tes hasil belajar siswa dan kemampuan mengerjakan LKS.

D.Hipotesis Tindakan
Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam dua siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (akting), pengamatan (observer), dan refleksi (reflecting). Melalui dua siklus tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut:
1.Melalui pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan proses belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
2.Melalui pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

E.Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan :
1.Melalui pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan proses belajar siswa dalam pembelajaran IPA.
2.Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui pendekatan pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning).
G.Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh pihak sekolah, guru IPA, dan para siswa:
1.Guru dapat menerapkan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai salah satu metode yang dapat membantu guru dalam membelajarkan siswa akan konsep-konsep IPA sehingga dengan mudah memahami konsep tersebut dengan baik sehingga pembelajaran IPA di kelas tidak monoton.
2.Siswa dapat termotivasi dalam pembelajaran sehingga mengurangi kebosanan dalam belajar.
3.Kemampuan awal siswa dapat digali secara optimal agar siswa belajar lebih mandiri dan kreatif, khususnya ketika mereka akan mengkaitkan dengan pelajaran baru.
4.Aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA meningkat.
5.Hasil belajar siswa pembelajaran IPA meningkat
6.Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi sekolah tentang variasi pembelajaran dan peningkatan profesionalisme guru serta meningkatkan mutu proses pembelajaran.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Permasalahan Pembelajaran IPA
Pembelajaran IPA bagi sebagian guru cenderung diajarkan secara konseptual saja, bersifat hafalan dan kurang mementingkan proses pemahaman dan pembinaan konsep. Belajar mengajar adalah suatu proses yang mengolah sejumlah nilai untuk dikonsumsi oleh setiap anak didik. Nilai-nilai itu tidak datang dengan sendirinya tetapi terambil dari berbagai sumber. Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali seperti di sekolah, di halaman, di perpustakaan, di pedesaan dan sebagainya.
Sarifuddin dan Winataputra (1999:65) mengelompokkan sumber-sumber belajar menjadi 5 kategori yaitu manusia, buku/perpustakaan, media masa, alam lingkungan dan media pendidikan. Namun guru biasanya kurang tertarik menggunakan media sebagai sumber belajar seperti halnya mengajak siswa keluar lingkungan sekolah karena berbagai faktor diantaranya waktu yang terbatas, bobot materi terlalu banyak serta keterbatasan guru dalam mengembangkan inovasi pembelajaran padahal sumber belajar cukup kaya di lingkungan siswa tinggal.
Melalui kurikulum berbasis kompetensi diharapkan pola pembelajaran yang disampaikan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Menanamkan sikap ilmiah kepada siswa dan melatih siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya secara ilmiah (Subianto, 1990:28). Pada gilirannya siswa aktif dalam belajar karena pada dasarnya siswa sendiri yang akan menyelesaikan masalah-masalah yang dia dapatkan sesuai dengan konsep materi yang dipelajari dengan bantuan media sebagai sumber belajar siswa.
Konsep Kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam dalam KTSP 2006
Standar Kompetensi:Memahami pengaruh kegiatan manusia terhadap keseimbangan lingkungan
Kompetesi Dasar :Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan alam.
Indikator :
1. Menjelaskan berbagai kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi kestabilan ekosistem.
2. Meramalkan akibat aktivitas manusia jika tidak ditanggulangi.
Di dalam KTSP IPA SD tahun 2006 indikator adalah acuan tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran. Acuan ini bukan sesuatu yang mutlak dilaksanakan, hal ini disebabkan pembelajaran lebih menekankan pada “bagaimana menyediakan dan memperkaya belajar siswa”, bukan “apa yang akan dipelajari” Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.
B.Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan salah satu bentuk pengajaran yang memberikan penekanan untuk membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri dan otonom. Melalui bimbingan yang diberikan secara berulang akan mendorong mereka mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaian terhadap masalah konkrit oleh mereka sendiri serta menyelesaikan tugas-tugas tersebut secara mandiri (Ibrahim dan Nur, 2000).
Menurut Arends (1997:156), model PBL sangat berguna untuk mengembangkan berpikir ke tingkat berpikir yang lebih tinggi dalam situasi yang berorientasi pada masalah, termasuk belajar bagaimana belajar. Model pengajaran ini cocok untuk materi pelajaran yang terkait erat dengan masalah nyata, meningkatkan keterampilan proses untuk memecahkan masalah, mempelajarai peran orang dewasa melalui pengalamannya dalam situasi yang nyata, serta melatih siswa untuk berdiri sendiri sebagai pebelajar yang otonom.
Pada pelajaran IPA, PBL merupakan salah satu pembelajaran yang cukup menarik dan sudah siap untuk digunakan, pembelajaran berdasarkan masalah mengajak siswa-siswa dalam penyelesaian kasus permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan IPA, meningkatkan minat diskusi di antara siswa dan mendorong kegiatan belajar. Satu lingkungan yang menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik daripada praktik kerja/magang dan mampu membentuk para pembelajar untuk belajar dari sendiri, pembelajaran berdasarkan masalah juga lebih baik dari pada satu lingkungan yang menggunakan proses pembelajaran mimetis dimana siswa hanya melihat, mengingat, dan mengulang apa yang sudah mereka katakan (Osmundsen, 2001).
Peranan guru dalam PBL adalah untuk mengajukan permasalahan, pertanyaan, dan menyediakan fasilitas yang diperlukan siswa. Arends (1997:156) menekankan pentingnya guru memberi scaffolding berupa dukungan dalam upaya meningkatkan inkuiri dan perkembangan intelektual siswa. Oleh karena itu dalam pengajaran berdasarkan masalah diperlukan untuk menyajikan kepada siswa pada situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan bantuan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Arends (1997:161) PBI terdiri dari 5 tahapan utama yang dimulai oleh guru dengan orientasi dengan masalah pada siswa dan diakhiri dengan suatu penyajian dan analisis hasil dari kerja siswa, kelima tahapan tersebut seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Perilaku Guru
Tahap-1 Orientasi siswa kepada masalah Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap-2 Mengorganisasi siswa dalam belajar Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi sesuai yang diperlukan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dan pameran Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai yakni diagram futures wheels dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelesaian mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
(Sumber: Arends, 1997)

Kelancaran proses dalam pembelajaran berdasarkan masalah ini memerlukan perangkat penunjang. Perangkat penunjang tersebut dapat berupa buku paduan siswa, RP, LKS, media yang digunakan yakni lingkungan sekitar sekolah.
Keterampilan Membuat Futures wheel
Menurut Wagschal dan Johnson (1986) dalam Boujaoude (2000) futures wheel merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membantu siswa menganalisis dan memahami konsekuensi-konsekuensi dari kejadian-kejadian, inovasi sains dan teknologi/perkembangan masa akan datang. Futures wheel adalah alat pengajaran yang tepat untuk beberapa alasan sebagai berikut:
1.Futures wheel dapat membuat siswa memikirkan tentang penyelesaian alternatif, membandingkan dengan penyelesaian yang berbeda, dan mencapai kesepakatan, sehingga akan terbentuk pola pikir metakognisi dari siswa.
2.Futures wheel akan membuat siswa menganalisis hubungan permasalahan sosial dengan pengetahuan dan teknologi untuk membuat keputusan.
3.Futures wheel merupakan suatu grafik yang terorganisasi, yang bisa digunakan untuk mewakili konsep-konsep dan hubungan-hubungan intern dalam satu cara yang terorganisir.
Cara menyusun futures wheel adalah sebagai berikut:
1.Para siswa mulai dengan menggambar pada kertas karton yaitu 1 lingkaran di tengah-tengah kertas dan menulis pertanyaan “apa yang terjadi jika…?” pada lingkaran tersebut.
2.Para siswa diharapkan memperoleh 3 sampai 5 buah jawaban.
3.Jawaban dipilih sesuai topik permasalahan yang telah ditentukan oleh guru.
4.Berdasarkan pertanyaan yang diajukan selanjutnya siswa disuruh menggambar lingkaran-lingkaran di sekitar lingkaran yang ada di tengah kertas, menggambar satu garis dari lingkaran yang di tengah dengan lingkaran di sekitarnya satu persatu, dan tulis jawaban-jawaban mereka pada lingkaran-lingkaran tersebut.
5.Setiap urutan hubungan yang telah dibuat, selanjutnya lingkaran diisi dengan jawaban-jawaban tadi, begitu juga dengan urutan hubungan lainnya.
6.Setiap rangkaian lingkaran dihubungkan dengan 2 buah garis. Proses ini terus berlanjut sampai serangkaian lingkaran pada urutan ketiga
7.Para siswa harus didorong untuk mengidentifikasi dampak positif maupun dampak negatif pada setiap lingkaran (Boujaoude, 2000).
C.Kerangka Pemecahan Masalah
Kerangka pemecahan masalah dan gambaran pola pemecahannya melalui tahapan:

Keadaan Awal

1.Guru belum terampil mengemas sebuah pembelajaran menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).
2.Guru belum terampil memilih metode atau pendekatan yang sesuai dengan pembelajaran
3.Pendekatan PBL masih belum dikenal di sekolah SD Negeri Loktabat 1 sehingga guru belum pernah menggunakan pendekatan ini.
= Diskusi Pemecahan Masalah =



Perlakuan
1. Penjelasan pembelajaran
2. Pelatihan pembelajaran berdasarkan masalah
3. Simulasi pembelajaran berdasarkan masalah
Penerapan Pendekatan PBL
1.Guru mampu menerapkan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berdasarkan  masalah
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran meningkat
3. Hasil pembelajaran meningkat
D. Hakekat Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA
Dalam bagian ini diuraikan tentang hakekat hasil belajar dan aktivitas siswa sebagaimana berikut ini:
1.Hakekat Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan. Sedangkan S. Nasution berpendapat bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui apakah siswa telah menguasai materi atau belum. Penilaian merupakan upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Cullen, 2003 dalam Fathul Himam, 2004).
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (sub formatif) dan nilai ulangan semester (sumatif). Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh siswa dalam mata pelajaran IPA. Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam satuan bahasan atau kompetensi tertentu. Ulangan harian ini terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik, dan tugas-tugas terstruktur yang berkaitan dengan konsep yang sedang dibahas. Ulangan harian minimal dilakukan tiga kali dalam setiap semester. Tujuan ulangan harian untuk memperbaiki modul dan program pembelajaran serta sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan nilai bagi para peserta didik.
2.Hakekat Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat aktif belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang saling berinteraksi membahas materi pembelajaran. Metode belajar mengajar yang bersifat partisipatoris yang dilakukan guru akan mampu membawa siswa dalam situasi yang lebih kondusif, karena siswa lebih berperan dan lebih terbuka serta sensitif dalam kegiatan belajar mengajar.
Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari : pertama, mayoritas siswa beraktivitas dalam pembelajaran; kedua, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa; ketiga, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS melalui pendekatan pembelajaran berdasarkam masalah ( Problem Based Learning)

0 komentar: