Sabtu, 07 Juli 2012

Sejarah hizib bahr

Hizib Bahar: Dikarang di Tengah Laut Merah

Orang pesantren mana yang tidak tahu Hizib Bahar. Hizib yang satu ini sangat masyhur. Ia sejajar dengan Hizib Nashr, Hizib Nawawi, Hizib Maghrabi, Suryani dan sederet nama-nama hizib beken lainnya.
Konon, orang yang mengamalkan Hizib Bahar dengan kontinu, akan mendapat perlindungan dari segala bala. Bahkan, bila ada orang yang bermaksud jahat mau menyatroni rumahnya, ia akan melihat lautan air yang sangat luas. Si penyatron akan melakukan gerak renang layaknya orang yang akan menyelamatkan diri dari daya telan samudera. Bila di waktu malam, ia akan terus melakukan gerak renang sampai pagi tiba dan pemilik rumah menegurnya.

Orang-orang yang tidak percaya dengan hal-hal supranatural, mungkin tidak akan percaya dengan hal itu.Tapi, cerita mengenai keampuhan hizib yang dikarang oleh Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili ini betul-betul masyhur, termasuk cerita tentang lautan yang membentang di tengah-tengah orang yang bermaksud jahat.
Syaikh al-Syadzili, pemilik hizib ini, terkenal sebagai pelopor tarekat al-Syadziliyah. Ia seorang sufi terkenal. Ia juga kesohor sebagai pemilik bacaan-bacaan hizib ampuh, seperti Hizib Nashr dan Hizib Bahar.
Ada backgroung kisah yang amat menarik tentang asal muasal Bahar Syaikh al-Syadzili. Kisah itu ditulis oleh Haji Khalifah, pustakawan terkenal asal Konstantinopel (Istanbul Turki).
Konon, Hizib Bahar ditulis Syaikh Abu al-Hasan al-Syadzili di Laut Merah (Laut Qulzum). Di laut yang membelah Asia dan Afrika itu Syaikh al-Syadzili pernah berlayar menumpang perahu. Di tengah laut tidak angin bertiup, sehingga perahu tidak bisa berlayar selama beberapa hari. Dan, beberapa saat kemudian Syaikh al-Syadzili melihat Rasulullah. Beliau datang membawa kabar gembira (?). Lalu, menuntun Abu al-Hasan al-Syadzili melafadzkan doa-doa. Usai al-Syadzili membaca doa, angin bertiup dan kapal kembali berlayar.
Doa-doa itu kemudian diabadikan oleh al-Syadzili dan diajarkan kepada murid-murid tarekatnya. Dan, kemudian diberi nama Hizb al-Bahr (doa/senjata laut). Disebut Hizb al-Bahr karena doa-doa ini tersebut mempunyai ikatan historis yang sangat erat dengan laut. Juga, al-Syadizili membacanya dalam rangka berdoa agar selamat dalam perjalanan di Laut Merah. Jadi, Hizib Bahar betul-betul wirid yang punya kedekatan tersendiri dengan air, termasuk dalam berbagai cerita mengenai khasiat ampuhnya membuat penjahat terengah-engah di tengah samudera mahaluas.
Dalam kitab Kasyf al-Zhunun `an Asami al-Kutub wa al-Funun, Haji Khalifah juga memuat berbagai jaminan yang diberikan al-Syadzili dengan Hizib Baharnya ini. Di antaranya, menurut Haji Khalifah, al-Syadzili perbah berkata: Seandainya hizibku (Hizib Bahar, Red.) ini dibaca di Baghdad, niscaya daerah itu tidak akan jatuh. Mungkin yang dimaksud al-Syadzili dengan kejatuhan di situ adalah kejatuhan Baghdad ke tangan Tartar.
Bila Hizib Bahar dibaca di sebuah tempat, maka termpat itu akan terhindar dari malapetaka, ujar Syaikh Abu al-Hasan, seperti ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun.
Haji Khalifah juga mengutip komentar ulama-ulama lain tentang Hizib Bahar ini. Ada yang mengatakan, bahwa orang yang istiqamah membaca Hizib Bahar, ia tidak mati terbakar atau tenggelam. Bila Hizib Bahar ditulis di pintu gerbang atau tembok rumah, maka akan terjaga dari maksud jelek orang dan seterusnya.
Banyak komentar-komentar, baik dari Syaikh al-Syadzili maupun ulama lain tentang keampuhan Hizib Bahar yang ditulis Haji Khalifah dalam Kasyf al-Zhunun jilid 1 (pada entri kata Hizb). Selain itu, Haji Khalifah juga menyatakan bahwa Hizib Bahar telah disyarahi oleh banyak ulama, diantaranya Syaikh Abu Sulayman al-Syadzili, Syaikh Zarruq, dan Ibnu Sulthan al-Harawi.

0 komentar: